Selasa, September 09, 2014

Alpukat dan Guacamole Sauce : Tak ada Nachos, Taro pun jadi

0 komentar
Hey you Bloggers..

Lama sudah tidak bersua lagi disini, terakhir posting saya masih berada di Kota Bandung sebelum ramadhan di Juni 2014 lalu. kalau ada yang bertanya sekarang saya ada dimana? jawabannya masih sama sih, ga beda-beda banget dari yang sebelumnya, masih betah di Kota Juara ini (Bandung : red).

5 Hari sebelum puasa dimaulai saya sempat pulang ke Pekanbaru, dengan niat untuk melanjutkan pertarungan bersama tesis disana, plus sudah kangen *lumayan* berat dengan istri euy. tapi apa mau dikata, sebulan lebih di Pekanbaru ternyata cuma berhasil menambah beberapa lembar halaman untuk tesis ini. akhirnya diputuskanlah untuk kembali ke Bandung, dengan harapan bisa segera terselesaikan dalam waktu 1-2 bulan ini.

hari-hari di Kota Bandung berlangsung seperti biasa, tidak ada yang terlalu spesial. toh selama disini kembali menyandang gelar mahasiswa kosan yang jauh dari istri. tiap hari mondar mandir kosan - kampus, paling kalau udah nemu bosannya, ya jalan dikit kesana-kemari. dan teteup ujung-ujungnya nyari kulineran. ga tau kenapa ya, saya itu punya badan gini bukan karena suka makan lho, tapi lebih karena badan gini jadi sukanya makan (silahkan diartikan sendiri maksudnya bagaimana). etapi jenis makanan yang saya coba itu biasanya bukan ke nasi-nasian, mungkin kaena sudah selalunya menganggap kalau makan nasi ya untuk makanan pokok. sedangkan kalau saya sedang berkelana mencari makanan itu, saya lebih mencari jenis-jenis makanan baru yang bukan yang biasa dan belum pernah saya coba. kadaang suka ga berasa juga padahal yang dicobain itu harganya agak lumayan mahal, tapi dengan alibi 'ah namanya juga nyoba, kapan lagi?' alhasil ya tetap berlanjut.

berawal dari suka nonton film atau TV show luar negeri yang menmperlihatkan hidangan dan menu yang aneh-aneh (buat orang indo ya aneh) tapi saya dapet rasa penasaran dari yang mereka tampilkan, ya coba aja misalnya Saus Guacamole. kepikiran ga sebelumnya kalau di indonesia, jarang kan ada yang buat buah alpukat untuk jadi makanan, biasanya paling di jus atau di potong dadu buat es teler. kebayang donk gimana saya penasarannya dengan buah alpukat yang ditumbuk pake bawang, cabe, dan bumbu-bumbu lain yang akhirnya jadi Guacamole Dip Sauce.

Alhasil dalam suatu waktu saya sedang berbelanja di supermarket untuk kebutuhan 'anak kosan', ga sengaja mampir ke booth sayur dan buah. ga tau lagi mikir apa tiba-tiba si tangan langsung aja tanpa sadar ngambil dua bah alpukat yang hampir matang trus bayar belanjaan ke kasir. sampe dikosan pas bongkar belanjaan, baru nyadar dan langsung mikir 'ini alpukat dibeli mau diapain ya?'. berhubung buahnya juga belum matang-matang banget ya udah disimpen dulu aja. beberapa hari kemudian saya sambil bersantai di kosan, duduk-duduk dan youtube-an di laptop, eh ga sengaja di sebelah kanan ada rekomdasi ke link video 'How To Make Guacamole Sauce' dan ter-klik-lah link itu. sembari melihat prosesnya langsung teringat kalau ada buah alpukat yang kemarin terbeli di supermarket. bergerak ke lemari ngambil buah alpukat dan langsung bergerak ke dapur kosan untuk melangsungkan prosesnya. 

AAAAND VOOILLAAAA.... jadilah GUACAMOLE DIP SAUCE ala Saya. butuh waktu sih buat ngancurin buah alpukatnya pake garpu euy, karna di dapur kosannya ga ada ulekan. plus dengan isenganya saya campurin telur rebus juga disini, tapi amisnya ga berasa kok, soalnya udah ditambahin jeruk nipis.




Masalah malah muncul ketika si guacamole sudah selesai dibuat. ini saus mau dimakan pake apa? kan biasanya orang-orang mexican sana makannya di cocolin sama nachos atau dipake buat sauc taco. coba lihat-lihat ke lemari, dan ternyata pemenangnya adalah TARO Net. (saya juga penggemar Taro, biasanya di lemari selalu ada). 


kembali ke pribahasa yang selalu kita tau, 
TAK ADA AKAR, ROTAN PUN JADI - TAK ADA NACHOS, TARO-PUN JADI..
*lanjut nyemil Taro + saus cocol Guacamole

Samapai ketemu di Post berikutnya :)


ATD

Minggu, Mei 11, 2014

Husbands Day Out! (Pertualangan menemukan Ketan Bakar, Sate Kelinci, Ice Cream Legendaris, Mocci, Sosis Bakar, dan Mie Ayam)

0 komentar
Kisah ini menceritakan bagaimana 3 Orang suami-suami yang sedang berada jauh dari istri-istrinya, yang berencana mengisi hari sabtu agar penuh suasana akhir pekan yang riang gembira (okay, ini memang hal yang tidak biasa). Sebut saja nama mereka Anggy Trisnadoli (saya sendiri), Ardianto Wibowo dan Memen Akbar. Pak Memen dan Pak Ardie merupakan kolega saya sesama pengajar di kampus Politeknik Caltex Riau, yang dulu juga pernah mengajar saya sewaktu sedang menimba ilmu disana.

Saat ini kami sedang berada di Kota Bandung untuk menyelesaikan studi pasca sarjana disalah satu institusi negeri di kota ini. setelah beberapa bulan berencana untuk berkelana kesana-kemari menjelajahi kota bandung, mungkin lebih tepatnya berwisata kuliner di kota parahyangan ini. yah mencari sedikit waktu untuk refresh diri dari kesibukan dan fikiran tentang Kuliah, Ujian dan Tesis yang sedang kami jalani sekarang. singkat cerita akhirnya malam tadi tercetuslah rencana tersebut dengan kalimat "Besok mesti jadi ya! Pokoknya kita mulai dari sarapan sampai makan malam!". oke, rencana sudah bulat, kita mulai berkumpul ditempat sarapan, rencana malam itu untuk sarapan bubur ayam atau nasi pecel yang berada di sekitaran Mesjid Salman ITB. dan kembali ke kos-kosan masing-masing untuk bertemu dan memulai perjalanan kuliner di jam 8 pagi.

Hari sudah berganti, mentaripun mulai tinggi menyinari. Tapi apa mau dikata, rencana hanyalah rencana, janjian jam 8, tapi jam 9 baru pada bangun semua, hahaha. tetapi tetap tidak menyurutkan niat untuk menghabiskan hari sabtu ini untuk dilewatkan begitu saja. jadi kami tetap melanjutkan rencana, hanya saja di skip untuk mulai dari sarapannya.

Jam 10an, Pak Ardie dan Memen datang ke kosan saya, lalu kami memulai menyusun sedikit pencerahan, kira-kira kemana dan makanan apa saja yang akan dicoba hari ini. sedikit mengintip kesana-kemari dari beberapa review blogger-blogger lain, website kuliner di bandung, hingga mengintip informasi dari instagram teman-teman yang juga suka sharing mengenai kuliner. setelah berembuk dan bermusyawarah (agak lebih sih kalau ini) maka diputuskanlah, untuk makan siang ini tempat pertama yang kita kunjungi adalah SATE KELINCI di Lembang.

Sebelum bergerak menuju Lembang, tidak lupa untuk mampir di Mesjid Al-Ikhlas untuk melaksanakan Sholat Dzuhur. Setelah sholat dzuhur, ada pedagang yang juga selesai sholat bareng di mesjid yang sama, melihat dagangannya berbentuk kotak petak-petak kecil putih, dan ada pembakaran di sudut lain gerobak dagangannya. ternyata setelah ditanya dan si pedagang menjawab kalau yang dagangan yang dijualnya adalah KETAN BAKAR dengan harga Rp.2.500,-. oooh, saya rasanya sering lihat tapi memang belum pernah mencoba, jadi saya memutuskan untuk membeli 1 buah untuk mencoba. dibakarnya 1 petak ketan, lalu diletakkannya di kertas dan dibelah sedikit, lalu diisi dengan Oncom dan Serundeng. naah ini nih Satu lagi makanan baru di Kota Bandung yang baru saja saya coba setelah kurang lebih 4 bulan menetap disini. 1 Ketan bakar tadi, kami cicip untuk bertiga sambil berjalan menuju Halte angkot menuju Lembang.

Untuk menuju Lembang, dari tempat kami berangkat, membutuhkan 2 kali naik angkot dengan rute yang berbeda. yang pertama Angkot rute 'Cicaheum - Ledeng' lalu dilanjutkan dengan angkot rute 'Stasion - Lembang'. berhubung kami bertiga belum pernah makan sate kelinci dan belum tau dimana yang biasa direkomendasikan oleh pewisata kuliner lainnya, maka kami memutuskan untuk berhenti disalah satu Warung sate kelinci yang bernama 'RUMAH MAKAN SATE KELINCI PA SAPRI'. tempatnya lumayan enak dan bisa bersantai sejenak di tempat lesehan dan tanpa meja, lumayan sedikit meluruskan kaki setelah perjalanan yang cukup jauh, dan sedikit macet. maklum hari libur dan akhir pekan gini banyak wisatawan yang berjalan ke Lembang toh.
ditempat ini kami memilih untuk memesan menu yang berbeda, biar semua bisa diicip-icip gitu. dan terpilihlah menu yang semuanya berasal dari daging kelinci :
- Sate Kelinci Tradisional Bumbu Kacang
- Tongseng Pedas Kelinci
- Paha Kelinci Bakar



Awalnya sedikit ga tega, karena kelinci hidup nan lucu itu di pajang didepan warungnya, tapi apa mau dikata, semua hidangannya sudah tersedia didepan untuk disantap (seketika hilang suasana haru akan kelinci nan lucu tadi sirna). Setelah selesai menyantap semua santapan disana, kami memutuskan untuk menentukan pitstop selanjutnya. atau mungkin sebenarnya pitstop setelah pitsop yang setelah ini, nah bingung kan, intinya sih pemberhentian ketiga kalau dihitung yang pertama adalah sate kelinci, yang kedua adalah SURABI BANDUNG. saat perjalanan menuju lembang tadi, kami melewati beberapa warung yang menyajikan Surabi Bandung sebagai menu andalan. dan ternyata Pak Ardie selama ini belum pernah mencoba surabi yang seperti itu (manis atau asin), karena selama ini hanya mencoba surabi polos yang menggunakan kuah santan dan gula merah.

Dari Warung Sate Kelinci Pak Sapri, kami kembali menuju kota bandung dengan menggunakan angkot rute 'Stasion-Lembang', lalu turun di sebuah warung surabi yang bernama 'WARUNG SETIABUDI', salah satu warung surabi yang terkenal di bandung dan terletak diseberang kampus ENHAII. mulai memilih menu, dan pilihan kami pun jatuh kepada :
- Surabi Coklat
- Surabi Telor Ayam Mayonaise
- Surabi Oncom Sosis Mayonais
- Surabi Keju Susu



Kenapa ada 4 surabi sedangkan kami hanya bertiga? please, don't judge the book from the cover! bukan saya yang pesen 2 (walaupun akhirnya ngebantu juga sih buat 'pembersihan'). setelah menyelesaikan surabinya, bersantai sejenak kami melaksanakan Sholat Ashar di Mesjid Kampus ENHAII (lupa nama mesjidnya). dan lanjut lagi untuk bergerak ke pemberhentian selanjutnya.

Saat di lembang tadi kami terfikir makanan apa yang rasanya sedikit memberikan 'rasa klasik' dari kota bandung, dan akhirnya terpilih lah ICE CREAM LEGENDARIS. mencari tahu dimanakah sekiranya Ice Cream Legendaris tersebut berada dengan mengandalkan Mbah Google. dan menemukan salah satu tempat kuno, sebuah bakery dari jaman penjajahan belanda dulu yang masih berjalan hingga saat ini dan memiliki Homemade Ice Cream dengan resep rahasia turun-temurun, bakery tersebut bernama RASA Bakery & Cafe, yang terletak di Jl. Tamblong. dari Kampus ENHAII kami melanjutkan perjalanan menuju Rasa Bakery & Cafe dengan sekali angkot rute 'Kalapa - Ledeng'. dan turun pas didepan gedungnya.
dilihat dari bangunan luarnya, sangat terasa masih kental dengan aura orang londo nya. kamipun masuk dan mulai melihat-lihat menu yang ditawarkan. berhubung tadi masih kenyang dari dua tempat sebelumnya dan berhubung rencana awal ke tempat ini hanya untuk mencoba eskrimnya, maka yang kami pesan hanya Ice Cream saja
- Pak Ardie : 'Devil' (Semacam Coklat Parvait)
- Pak Memen : 'Black & Beauty' (Eskrim Coklat ditambah potongan besar Brownis)
- Saya : 'Tutti Fruitti' (Banana & Vanila Ice Cream ditambah potongan buah segar)

Nah, ada beberapa hal yang rasanya sedikit mengecewakan kami di tempat ini. saat pertama kali bersemangat menuju kesini dengan membaca informasi yang ada, ekspektasi kami agak sedikit tinggi mengenai Ice Cream yang katanya 'Legendaris' ini. entah mengapa rasa eskrim yang dengan resep rahasia turun-temurun tersebut, malah terasa seperti biasa saja dan bahkan sampai Pak Ardie mencetuskan kalau rasanya hampir seperti 'P*nd*n *skr*m M*j*k'. jenis produk eskrim instan yang bisa kita buat dirumah. hahaha. tetapi ya ga maslah, namanya juga soal selera, masing-masing bisa beda kan.

Sebenarnya dari tempat ini tidak ada tempat pemberhentian kuliner lagi, sebelum nanti setelah magrib kami berencana makan malam degan menu mie ayam di daerah dago, jadi dekat dengan kosan sambil pulang. tetapi berhubung sudah berada di daerah Jl. Asia-Afrika, ga ada salahnya donk kita sedikit berkodak-kodak dengan suasana kota berbangunan lama ini.



berhubung Adzan Magrib sudah berkumandang, kami memutuskan untuk Sholat Magrib di Mesjid Raya Bandung yang tepat berada di jalan yang sama. ini pertama kalinya saya masuk ke mesjid ini, kesan pertama saya saat masuk kedalam Mesjid "Subhanallah,, Waah, ini mesjid gede bungat!" karna luas dan ruangannya seperti ada ruangan di dalam ruangan yang juga punya ruangan lagi didalamnya (semoga kamu mengerti maksudnya).
Selesai Sholat Magrib disana, kami melanjtkan perjalanan untuk kembali ke daerah dago untuk makan malam. untuk kembali ke dago, kami perlu naik angkot yang menuju dago di persimpangan Jl. Wastukencana dan Jl. Braga, nah berarti mesti jalan kaki dulu melewati braga, jadi sekalian toh sambil lihat-lihat sekitar.


Dan tanpa disangka, saat tiba di persimpangan jalan Braga, kami baru menyadari bahwa malam ini adalah hari Sabtu di minggu kedua bulan mei, berarti sedang berlangsung BRAGA CULINNARY NIGHT (BCN) di sepanjang jalan braga, yang ditutup untuk kendaraan, dan hanya berisikan pedagang kuliner sepanjang jalan. wah ga disangka bisa nemu BCN, padahal sebelumnya ga ada niat untuk kesini. sayang saja kami masih cukup kenyang untuk melahap semua makanan disana, 'mata' ingin tapi perut bilang 'jangan'. alhasil hanya poto-poto dikit dan icip-icip jajanan ringan saja. saya beli BANANA MOCCI Ice Cream, dan Pak Ardie beli Sosis Bakar, dan Pak Memen? beliau sudah 'ampun' katanya, hehehe. sampai diujung jalan braga dan BCN sudah habis di ujung jalan itu, maka kami lanjutkan perjalanan untuk mencari angkot yang akan mengantar kami kembali ke dago.




Menarik adalah disaat kami menunggu angkot dengan rute 'St.Hall - Dago' yang seharusnya lewat di halte tempat kami menunggu, tetapi hingga kurang lebih 20 menit kami menunggu, tidak ada angkot rute itu yang lewat (ada 1 sih tapi ketutupan angkot lain, jadi itu angkot nyelonong saja ninggalin kami). berhubung agak nunggu dan mulai kesal, akhirnya kami mutusin nunggu angkotnya sambil jalan kaki saja mengikuti jalan rute angkotnya, siapa tau nanti ada yang muncul.
tapi di persimpangan jalan, sambil kami berjalan melewati sebuah Mesjid yang cukup besar, dan akhirnya dari pada kesal nungguin angkot, mendingan Sholat Isya dulu, jadi kami Sholat Isya di Mesjid Agung Al-Ukhuwah. mesjid yang dari luar terlihat besar, dan dari dalam terlihat megah dengan lampu gantung utamanya yang menawan.

selesai sholat, berharap ada angkot rute tadi yang lewat, tetapi tidak juga, ya sudahlah kami ambil keputusan untuk berjalan kaki ke arah lain untuk menggunakan angkot rute lain, yaitu angkot rute 'Kalapa - Dago' di persimpangan Jl. Merdeka - Jl. Riau. Ketemu Angkotnya dan langsung naik dan menuju ke pemberhentian selanjutnya untuk makan malam dan mengakhiri pertualangan kuliner hari ini. dengan kode "Kiri Payuuun!" kepada pak sopir angkot, kamipun turun pas di depan sebuah tempat makan bernama KEDAI MIE DAGO. saya dan Pak Memen sebenarnya sudah pernah kesini sebelumnya, tetapi kembali jadi untuk pertama kalinya untuk Pak Ardie. ditempat ini kami memesan hanya 2 makanan :
- Mie Ayam Spesial
- Mie Ayam Baso
kenapa cuma 2? nah ini beneran lho, saya sudah full banget. rasanya beneran ga masuk lagi kalau nambah makanan, tumben kan ya, hahaha.


Selesai santap-menyantap mie ayam, kami pun sedikit mereview apa saja yang sudah kami makan hari ini dan tempat-tempat yang sudah didatangi. berhubung waktu sudah menunjukkan jam 9.00, dan kami juga sudah lelah (bukan menunggu angkot) seharian ini. maka diakhirilah pertualangan kuliner ini dengan kembali ke kosan masing-masing.

Seru rasanya untuk sesekali menyediakan waktu untuk memanjakan diri dengan beberapa kuliner dan hal-hal baru yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. paling tidak bisa sedikit membagikan cerita atau informasi kalau-kalau nantinya ada yang ingin melakukan hal yang sama.



Semoga nanti juga saya masih punya kesempatan untuk melakukan hal yang sama bersama keluarga, karena lumayan dapat banyak pelajaran dari hari ini yang bisa menjadi Guide di pengalaman selanjutnya.

see you next post, bye..

ATD

Sabtu, Maret 15, 2014

Hari dimana status 'Lajang' itu ditinggalkan

0 komentar
Assalamualaikum Wr. Wb,

Sudah sekitar 6 bulan rasanya tidak menulis di blog ini lagi, banyak hal rasanya yang telah terjadi selama 6 bulan belakangan ini. slah satunya adalah pelepasan status lajang saya, yang dilakukan pada Hari Sabtu, Tanggal 28 Desember 2013, Jam 9.00 WIB.

mengingat ingat hari itu rasanya banyak hal yang terjadi, malam sebelum pernikahan tersebut, mulai terisi fikiran-fikiran aneh, yang rasanya saat memtuskan akan menikah tidak pernah terfikirkan, tetapi malah muncul dalam fikiran saat itu. mungkin itu ya yang disebut sindrom pra-nikah? (tapi kenapa munculnya baru di malam terakhir?) tetapi memang benar saya sendiri bingung dengan persaan yang terjadi saat itu, bingung apakah itu perasaan takut, senang, gugup, dan sedih rasanya bercampur menjadi satu.

Dibalik perasaan bingung tersebut, saya masih sempat berhubungan dengan calon istri (waktu itu kan masih calon)  melalui telepon, dia ternyata juga sedang memiliki perasaan yang sama dengan yang sedang saya rasakan. agar tidak menambah bingung dengan perasaan ini kami berdua memtuskan untuk tidur saja, agar besok pagi saat akad nikah bisa lebih fresh.

Sabtu, 28 Desember 2013 pagi sebelum berangkat ke lokasi pernikahan (rumahnya istri), keluarga besar saya berkumpul dirumah untuk memberikan wejangan-wejangan sebelum melangkah keluar rumah untuk melaksanakan pernikahan. lalu dilanjutkan dengan bersalam-salaman (mungkin lebih tepatnya saya yang datang menyalami semua yang hadir dirumah saat itu). waktu menunjukkan pukul 8.30 WIB dan kami semua pun berangkat menjutu TKP.

jam 9.10 rombongan keluarga saya tiba dilokasi, dan kabar dari tuan rumah ternyata Penghulu yang akan menikahkan kami ternyata sudah ditempat, maka langsung saja dilaksanakan prosesi Akad Nikah nya, saya dan istri di-duduk-kan di satu tempat, sebelumnya si penghulu kembali bertanya kepada kedua calon mempelai Apakah sudah benar-benar yakin untuk melangsungkan pernikahan. maka setelah dilakukan 'latihan' ijab-qabul terlebih dahulu oleh saya dan Ayah nya calon pengantin selaku wali nikah yang akan menikahkan kami. Alhamdulillah, tidak butuh banyak perulangan saat Ijab-Qabul nya, cukup Satu Kali saja dengan lancar "SAYA NIKAHKAN ......... -- SAYA TERIMA ........" dan saksi langsung mengatakan 'SAH! SAH!'.






Alhamdulillah, mulai detik itulah, saya sudah meninggalkan status 'Lajang' itu dan berubah menjadi 'Beristri'. maka sejak  saat itu saya adalah seorang suami yang memiliki tanggung jawab terhadap seorang istri yang baru saja saya 'ambil' dari ayahnya. selesai menandatangai semua dokumen kenegaraan, lalu saya menyerahkan Mahar yang telah dipersiapkan kepada istri, yaitu berupa cincin emas yang langsung saya pasangkan ke jari manis kanannya.

Bismillahirahmanirahim, semoga keluarga kecil yang saya bangun saat ini diberkahi oleh Allah SWT, untuk selalu rukun dan menjadi keluarga yang seperti di doakan oleh seluruh keluarga dan teman-teman lainnya, yaitu keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Warahmah. InsyAllah jika dipercayakan untuk menjadi orang tua nantinya, semoga kami dapat menjadi orang tua yang baik untuk putra-putri yang saleh dan salehah, Amin ya Rabb.




ATD